TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA

Senin, 20 Februari 2012

Persib Melawan Dominasi Generasi Emas Papua

Persib Melawan Dominasi Generasi Emas Papua

PERSIB Bandung pernah merasakan nikmatnya memiliki generasi emas seperti pada era 1980'an sampai pertengahan 1990'an.
Angkatan emas yang sukses menorehkan tinta emas melalui sejumlah pemain lokal berkualitas seperti Adeng Hudaya, Robby Darwis, Djajang Nurdjaman, Adjat Sudrajat, Sutiono Lamso, Yusuf Bachtiar dan lainya.
Memiliki segudang pemain bertalenta terbukti mampu membuat Persib jadi raja. Hal itu tergambar dari tiga gelar juara Perserikatan plus satu gelar juara Liga Indonesia musim 1994/1995.
Raihan gelar juara yang jadi bukti nyata manisnya memetik kesuksesan dengan mengandalkan para pemain lokal bertalenta hasil binaan sendiri.
Tapi kini Maung Bandung seolah masih mencari generasi emas berikutnya yang bisa menjejaki pencapaian angkatan 1980'an dan 1990'an sekaligus menghentikan era keemasan sepak bola Papua yang kini jadi patokan perkembangan sepak bola di Nusantara.
Saat ini sepak bola Papua memang sedang menikmati generasi emas yang mereka miliki dan menyempurnakan pencapaian generasi tempo dulu.
Era 1970-an, Papua sebenarnya tidak bisa dianggap sebelah mata. Mereka memiliki Timo Kapissa dan Johanes Auri yang cukup menjadi idola masyarakat Papua.
Kiprah keduanya mewakili masa-masa emas sepak bola Papua kala itu dan mendorong grup musik Black Brothers menciptakan lagu berjudul ‘Mutiara Hitam’ sebagai bentuk apresiasi terhadap kiprah para talenta asal Bumi Cendrawasih.
Satu dekade kemudian atau di era 1980’an Adolf Kabo bersama Perseman Manokwari membuat sepak bola Bumi Cendrawasih tetap menggeliat. Terangnya sinar Adolf Kabo sama terangnya dengan kebintangan seorang Rully Nere yang matang di kompetisi Galatama bersama Pelita Jaya. Sejak itu, Tanah Papua tak pernah berhenti melahirkan talenta berbakat.
PON 1993 yang diselenggarakan di Jakarta, Tim PON Papua mampu menyihir publik sepak bola nasional. Tarian Yosim Pancar seolah hadir di lapangan hijau lewat aksi memikat Papua yang di final berhasil mengandaskan Aceh.
Awal 1990'an sepak bola Papua memang cukup fenomenal. Kalungan medali emas PON 1993 sukses diperoleh tim sepak bola Papua bersama sejumlah pemain muda berbakatnya kala itu seperti Izaak Fatari, Ronny Wabia, Aples Tecuari, Chris Yarangga, Ritham Madubun putra Maluku yang matang sejak junior bersama Diklat Papua dan Persipura Jayapura serta pemain bertalenta lainnya. Aksi-aksi mereka di lapangan hijau cukup mengundang puja puji dari sejumlah pihak.
Namun di pentas kompetisi antar klub, Papua baru mencapai klimaksnya ketika Persipura sukses menjuarai Liga Indonesia 2005 seusai mengandaskan Persija Jakarta di partai puncak.
Gelar tersebut sekaligus jadi gelar bergengsi pertama yang mendarat di Bumi Cendrawasih sekaligus melambungkan sosok pelatih kharismatik, Rahmad Darmawan ke barisan elit pelatih di Indonesia.
Saking terkesima oleh talenta-talenta asal Papua, Pelatih Timnas Indonesia kala itu, Peter White bahkan sampai menyampaikan harapannya agar Timnas Merah Putih bermaterikan pemain-pemain asal Papua.
Pahlawan Aston Villa di final Piala Champions 1980/1981 itu, tentu menyadari keinginannya tersebut sulit terealisasi karena Indonesia bukan hanya soal Papua.
Niat White cukup wajar, sebab fakta menunjukan satu dekade terakhir sepak bola Papua sedang dalam titik emas. Sejumlah nama pemain berteknik mumpuni lahir di Papua.
Setelah generasi Aples Tecuari cs, Papua kemudian memiliki sosok Eduard Ivakdalam, Ortizan Solossa, Jack Komboy, Ellie Aiboy, Cristian Worabay, hingga Boaz Solossa yang cukup menyita perhatian di Piala AFF 2004.
Beberapa tahun kemudian muncul sejumlah nama berbakat lainnya yang sudah siap meneruskan tongkat generasi dari angkatan Boaz Solossa. Diantaranya Okto Maniani, Lucas Mandowen, Titus Bonay dan Patrich Wanggai yang mencuat namanya saat membela Timnas Garuda Muda di SEA Games 2011.
Kemunculan talenta individual asal Papua ini berjalan searah jarum jam dengan prestasi klub-klub asal Papua yang perlahan mulai mengikis dominasi klub-klub asal Jatim yang cukup mendominasi keberadaannya di kompetisi Indonesia Super League (ISL).
Di ISL musim ini misalnya tercatat ada 4 klub asal Papua yang berkiprah di ISL. Selain Persipura dan Persiwa, sekarang hadir Persidafon Dafonsoro dan Persiram Raja Ampat.(by: bobotoh Muhammad Zacky)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar