Pertandingan play off Liga Champions Asia
antara Adelaide United vs Persipura meninggalkan sedikit catatan buruk,
yaitu berkibarnya bendera Bintang Kejora diantara para pendukung
Persipura.
Sebenarnya kita tidak perlu terkejut dengan kejadian tersebut, karena
Australia merupakan basis dari para pendukung OPM selain Belanda. Bahkan
beberapa anggota parlemen Australia dikenal sebagai pendukung OPM.
Memang ada kemungkinan para aktifis OPM tersebut bermaksud menunggangi
pertandingan sepakbola itu dengan tujuan menunjukkan eksistensi mereka
karena tahu kalau pertandingan itu disiarkan oleh salah satu tv swasta
di Indonesia, yang mana otomatis akan ditonton oleh jutaan pemirsa
Indonesia, tak terkecuali para pejabat pemerintahan.
Namun, dengan berkibarnya bendera Bintang Kejora di tribun supporter Persipura malah seakan menunjukkan keberpihakan klub kebanggaan rakyat Papua itu terhadap gerakan separatis OPM. Dalam kisruh PSSI ini, beberapa kali pengurus klub maupun pemain dari Papua selalu melontarkan wacana disintegrasi karena mereka beranggapan klub-klub Papua, khususnya Persipura selalu dianaktirikan oleh induk PSSI.
Apa yang dialami oleh Persipura, sedikit mirip dengan Barcelona. Di Spanyol, Barcelona identik dengan gerakan kemerdekaan rakyat Catalunya. Hampir setiap pertandingan Barcelona dihiasi bendera Catalunya, apalagi jika terjadi laga El Classico melawan Real Madrid. Laga El Classico seakan merefleksikan perlawanan bangsa Catalunya terhadap Spanyol. “Catalonia is not Spain”. Menurut pemimpin tertinggi Catalunya, Jordi Pujol, Catalunya merupakan bangsa tanpa negara. Karena mereka mempunyai bahasa dan budayanya sendiri, tapi negara mereka adalah Spanyol.
Kalau mengikuti definisi Jordi Pujol, apa jadinya bila itu diadopsi di Indonesia?. Bayangkan, karena hampir semua propinsi mempunyai bahasa dan budaya sendiri, maka nanti Indonesia akan terpecah menjadi 33 negara yang berdiri sendiri. Karena itulah ada sebuah pengikat bagi perbedaan bahasa tersebut, yaitu bahasa Indonesia.
Meski begitu, tuntutan kemerdekaan yang diserukan oleh bangsa Catalunya, tidak serta merta terbawa ke arena sepakbola nasional. Meskipun di setiap kompetisi liga Spanyol Barcelona membawa bendera Catalunya, namun jika bermain untuk tim nasional, para pemain Barcelona bisa menyatu dengan pemain Spanyol lainnya demi kejayaan tim nasional Spanyol. Bahkan pada saat Spanyol memenangkan Piala Eropa 2008 dan Piala Dunia 2010, pemain Catalan/Barcelona mendominasi timnas Spanyol. Uniknya sehari sebelum partai final Piala Dunia 2010, di Catalan masih ada demo besar menuntut otonomi dan merdeka. Seakan melupakan putra-putra terbaik dari bangsa mereka sedang berjuang untuk Spanyol di piala Dunia.
Namun, sekeras dan sebesar apapun demo di Catalan, para pemain Catalan dan Barcelona tetap menunjukkan semangatnya untuk Spanyol. Saya harap itu pula yang terjadi di Persipura. Sekeras dan sebesar apapun demo para OPM untuk menuntut kemerdekaan Papua, para putra Papua akan tetap semangat untuk membela Merah Putih di ajang internasional. Bukannya malah mengibarkan bendera Bintang Kejora, meski menurut mereka itu hanyalah bendera kultur, bendera simbol rakyat Papua.
Jadi, biarkan Barcelona beridentitas Catalunya, tapi Persipura itu masih Indonesia, bukan cuma Papua.
Namun, dengan berkibarnya bendera Bintang Kejora di tribun supporter Persipura malah seakan menunjukkan keberpihakan klub kebanggaan rakyat Papua itu terhadap gerakan separatis OPM. Dalam kisruh PSSI ini, beberapa kali pengurus klub maupun pemain dari Papua selalu melontarkan wacana disintegrasi karena mereka beranggapan klub-klub Papua, khususnya Persipura selalu dianaktirikan oleh induk PSSI.
Apa yang dialami oleh Persipura, sedikit mirip dengan Barcelona. Di Spanyol, Barcelona identik dengan gerakan kemerdekaan rakyat Catalunya. Hampir setiap pertandingan Barcelona dihiasi bendera Catalunya, apalagi jika terjadi laga El Classico melawan Real Madrid. Laga El Classico seakan merefleksikan perlawanan bangsa Catalunya terhadap Spanyol. “Catalonia is not Spain”. Menurut pemimpin tertinggi Catalunya, Jordi Pujol, Catalunya merupakan bangsa tanpa negara. Karena mereka mempunyai bahasa dan budayanya sendiri, tapi negara mereka adalah Spanyol.
Kalau mengikuti definisi Jordi Pujol, apa jadinya bila itu diadopsi di Indonesia?. Bayangkan, karena hampir semua propinsi mempunyai bahasa dan budaya sendiri, maka nanti Indonesia akan terpecah menjadi 33 negara yang berdiri sendiri. Karena itulah ada sebuah pengikat bagi perbedaan bahasa tersebut, yaitu bahasa Indonesia.
Meski begitu, tuntutan kemerdekaan yang diserukan oleh bangsa Catalunya, tidak serta merta terbawa ke arena sepakbola nasional. Meskipun di setiap kompetisi liga Spanyol Barcelona membawa bendera Catalunya, namun jika bermain untuk tim nasional, para pemain Barcelona bisa menyatu dengan pemain Spanyol lainnya demi kejayaan tim nasional Spanyol. Bahkan pada saat Spanyol memenangkan Piala Eropa 2008 dan Piala Dunia 2010, pemain Catalan/Barcelona mendominasi timnas Spanyol. Uniknya sehari sebelum partai final Piala Dunia 2010, di Catalan masih ada demo besar menuntut otonomi dan merdeka. Seakan melupakan putra-putra terbaik dari bangsa mereka sedang berjuang untuk Spanyol di piala Dunia.
Namun, sekeras dan sebesar apapun demo di Catalan, para pemain Catalan dan Barcelona tetap menunjukkan semangatnya untuk Spanyol. Saya harap itu pula yang terjadi di Persipura. Sekeras dan sebesar apapun demo para OPM untuk menuntut kemerdekaan Papua, para putra Papua akan tetap semangat untuk membela Merah Putih di ajang internasional. Bukannya malah mengibarkan bendera Bintang Kejora, meski menurut mereka itu hanyalah bendera kultur, bendera simbol rakyat Papua.
Jadi, biarkan Barcelona beridentitas Catalunya, tapi Persipura itu masih Indonesia, bukan cuma Papua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar